Jumat, 19 Oktober 2012

Bagaimana

" Bagaimana "
( 02 September 2012 )


Bagaimana mau meraba bintang jika tameng kelam membiaskan cahaya pejamkan mata. Tameng hancur kelam tersisa, cahaya masuk mata terbuka dan bintang teraba. Cahayamu jalanku untuk terang melihat tujuan.

Bagaimana mau tersiram bulan, jika air pemancur buram berpalut busa dan tertahan. Buram tersaring, Pemancur kembali indah, busa menghilang dan halangan mencapai penyelesaian. Halangan hilang meradu bersam harapan sebuah keikhlasan.

Bagaimana bisa menanti hujan, jika rintih pertama datang malah bukan dari sang awan. Seorang gadis tersedu mengisak luka yang tak berwujud, hanya dia temannya yang menyaksikannya. Sang Awan. Melihat jauh kebawah dia merasa malu untuk kembali menurunkan hujan dalam tangis.

Bagaimana bisa menghalau pekat, jika harapan mati menanti semburat. Harapan kembali dengan sinar melebihi semburat, pekat lari tunggang-langgang menjauhi keadaan. Pekat menghalau harapan memasuki dunianya, hingga terjadi dan membahagiakan insan yang mendambakannya.

Bagaimana, jika malam terus menyelimuti masa depan dan menjadikan'a sekedar gantungan bukan tujuan. Masa depan menjadi nyata saat malam berganti siang, tujuan terpatri dan terlihat mata hingga asa tak lagi menggantung di langit sana. Mungkinkah terus bermimpi di terik siang.

5 tweet 'Bagaimana'
Disponsori oleh Sate Padang Takana Juo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar