Kamis, 07 Februari 2013

Bang Sulam Yang Disana


Entah sejak kapan dia tak muncul lagi di TV tayangan prime time disetiap rumah di Indonesia, saya pun luput dengan kapan tepatnya, saya kira sudah sejak tiga bulan yang lalu dia tak muncul lagi di TV menemani istrinya yang sedang kerepotan mengurus si buah hati.

Saya ingat-ingat, mungkin saat episode terakhirnya muncul di sinetron itu saya sedang berada di luar rumah atau sedang lena dengan tidur malam yang kecepatan karena kelelahan di siang harinya. Jika menanyakan mengapa saya mau nonton sinetron itu?, jawaban ada dua, pertama, karena sinetron tersebut berada pada jam prime time dimana saya baru pulang kantor dan sedikit merebahkan diri sambil berkaca TV, kedua, apa mau dikata jika saluran TV yang tersedia di kostan saya hanyalah RCTI dan TransTV yang sering memutar kisah-kisah nyeleneh tentang hantu dalam balutan jenaka. Tetapi ada hal lain yang saya nikmati dari sinetron ini, yaitu jalan ceritanya yang tidak membosankan dan cenderung seperti nyata dalam kehidupan kita, mungkin itu yang membuat saya betah menontonnya berlama-lama karena terkadang pihak RCTI meng-combine 3 episode dalam sekali tayang.

Dear, H. Sulam kok sudah tidak terlihat lagi ya di sinetron Tukang Bubur Naik Haji!!


Yang terhormat H. Sulam yang katanya sudah melebarkan saya bisnis buburnya di Mekkah sana, saya tetap menanti kok kepulangan bang haji ke Indonesia, apalagi istri bang haji Mpok Rodiyah dan si bayi Alif begitu juga Joni, keluarga yang lain juga kok bang seperti Mang Ojo, Cing Nelam dan Ncum, Cing Mahmud dan Atiqa, Sobari, Robby dan Rumana, Ustad Jakaria dan Ummi Mariam banyak yang lain deh bang, ya tentunya tidak termasuk si Haji 2 kali Muhiddin. H.Muhiddin masih sama dengan yang dulu bang, padahal kan Robby sudah nikah sama Rumana tapi tetap begitu juga sikapnya gak ada yang berubah, mungkin tunggu azab kali ya bang.

Bang Sulam, yang sedang disana jangan khawatir dengan yang di sini, karena yang disini baik-baik aja bang, buktinya sinetron TBNH (red: Tukang Bubur Naik Haji) masih dalam rating teratas di antara sinetron lain pada jam prime time. Semenjak Bang Sulam pergi tetap banyak aja masalah yang datang ke keluarga abang, tapi tetap terselesaikan kok bang, Insya Allah Cing Nelan sama Mang Ojo masih sedia untuk siaga.

Emak juga sudah pergi bang, saya juga gak tahu kemana, episode terakhir yang saya lihat Emak sakit bang jadi diam aja di kamar dan tidak muncul di layar TV, terus kalau gak salah saya ya bang Emak katanya pulang ke kampung mencari ketenangan mungkin.

Mpok Rodiyah sering sekali kangen dengan abang, sampai bercucuran air matanya saat mengingat abang, Mpok Rodiyah maunya abang cepat pulang, biar Alif besar bisa melihat bapaknya.

Usaha disana bagaimana bang? lancar terus kan bang!. Jika sudah bisa ditinggal usahanya, segera balik ya bang, memang TBNH masih bisa jalan tanpa adanya abang tapi kurang gregetnya bang, something missing kalau kata orang-orang londo bang. Abang juga disana cari duit untuk naikin haji siapa lagi bang? kan sekeluarga sudah, abang juga sudah 3 kali, kalahin H. Muhiddin lagi, apa mau naikin haji warga sekampung bang?, kan kalau Robby dan Rumana bisa nyari uang sendiri dengan kerjaan Robby bang.

Warung bubur baik-baik aja bang, Mang Ojo dan Lela tiap hari kerja dengan semangat. Warung obat Cing Nelan juga sudah mulai buka malam hari dan tambah sukses bang.

Bang Mpok titip salam disetiap malam TBNH tayang, mungkin kalau Alif sudah bisa ngomong dia juga bakal rindu abang dan suruh abang cepat pulang.

Saya dan pemirsa dirumah juga sepertinya merindukan sosok gembul Bang Sulam.

Sabtu, 02 Februari 2013

Kamu Kuat

Semoga kamu kuat.

Ku yakin pasti kuat

Perih ku melihatmu merintih tanpa suara, bergidik pun tidak. Ikhlas, sepertinya itu yang ingin kau sampaikan padaku yang mulai miris akan bentukmu yang tidak lagi aduhai seperti dulu.

Dulu, kau bagai manekin pelipur lara di tengah sumpek jalanan kota, tapi kini hanya sebagai tempat sandaran belaka. Lubang yang telah menganga tak dapat tertutup kembali seperti mulanya, kurasa itu yang dikatakan "kenangan buruk akan terus ada hingga kapanpun, yang dibutuhkan hanya rasa ikhlas untuk menerimanya ada". Jika saja kata jerit itu ada dalam kamus permintaan tolong mu, kurasa mereka akan berpikir seratus kali lebih untuk melakukannya kepadamu.

Kamu memang tidak seperti aku, jauh.

Laraku menjadi-jadi saat kau mulai tak segar lagi, hijaumu kini melayu dan aku temenung gagu. Kemana rimbun yang sering kulewati itu? Rimbun yang menghantarku kembali berproses dan pulang menuju rumah. Rimbun yang menahan sedikit lelahku saat terik melanda. Kini hijau menguning kecoklatan, runtuh secara beraturan dan hilang dalam siul buai angin.

Perbedaanmu memang tidak mengena dihati mereka, kecil mencuil, kasat ditatap. Apalah artimu bagi mereka yang melihatmu bukan sebagai makhluk Tuhannya juga. Dunia seperti tidak membutuhkan fungsimu secara biologi melainkan ekonomi, lagi-lagi congkak menjadi yang terbaik bagi mereka.

Aku merindukan harummu, walau tanpa putik dan sari, kau tetap semerbak dibalik terik dan hujan.
Aku merindukan bayangmu, bayang-bayang yang selalu ku hitung keberadaannya ditengah padatnya asap kota.
Aku merindukan tampakmu yang sempurna, tak kurang satu ranting pun.

Tanpa paku yang tertancap meliuk dibatangmu dan tanpa temali yang menjuntai tak indah pada rantingmu.

Pohon Besar Jambo Tape.