4
Tahun secukupnya ...
Kita sudah terpisah jarak selama itu. Selama
itu, aku merindukanmu dalam setiap spasi panjang setelah pertemuan kita
sebelumnya. Selalu berkesan, saat kita bertemu di belakang seluruh penghuni
silsilah keluarga dalam terbit hingga fajarnya, karena kau tahu setelah pemilik
panas permukaan bumi pergi menjauh dari garis lintang ini, aku harus kau
relakan pergi, begitu juga bayanganku.
Kau mendekapku erat, berulang kali ku tepis
prasangka untuk menyamakanmu dengan seekor ular yang sedang melilit sebatang
ranting keropos dengan begitu lihat dan mengikat. Aku menyukaimu lebih dari aku
menyukai diriku dalam perih sebuah rasa. Seharusnya kau lebih mengetahuinya.
Percayalah, aku menjaga perasaan yang kau titipkan itu yang kau katakan dengan lantang
di depan penghulu alam saat senja mulai diselimuti lautan biru yang sedikit
kelam.
Semua pinta dalam jeritan nafasmu ku turuti
benar, walau sebagian terdengar lebih seperti rengekan balita yang belum
menemukan asi yang legit untuk tidur nyenyaknya. Jika prototipe berupa kamera
ukuran mikro bisa masuk ke dalam retina dan menyambungkannya padamu disana,
mungkin aku orang pertama yang memasangnya dengan sertifikasi cinta darimu. Tahukah
kau, bagaimana aku membawa plakat namamu dalam jidatku setiap harinya, hanya
untuk sekedar menunjukkannya kepada setiap lelaki yang mulai ku alpakan
bentuknya selain dirimu. (ah)
Apakah ini permainan. Jika ingin berhenti
terserah kapan walau itu masih di tengah permainan, dan jika ingin kembali main
tinggal memulainya kembali. Aku hampir bosan atau mungkin sudah.
Bayangkan saja sebuah bangku berpoles emas di
bagian kerangkanya dan dudukan dengan suede kulit sapi balita berwarna merah
kelam bermotif abstrak dipatri menggunakan benang sutra bertengger dengan
mewahnya. Tahta itu punyamu, berdiri tegar dalam ruang sebuah hati yang
mulai mempertanyakan cintanya.
Aku menunggumu mempercayai ikrarmu.
Kau seperti obat yang menyembuhkan sakitku
sekaligus memberikan indikasi efek samping lain pada sembuhku.
Ini sudah 4 tahun secukupnya, cukupkah
drama ini?
There's only so many songs that I can sing
To pass the time
And I'm running out of things to do
To get you off my mind
All I have is this picture in a frame
That I hold close to see your face everyday
With you is where I'd rather be
But we're stuck where we are
And it's so hard, you're so far
This long distance is killing me
It's so hard, It's so hard
Where we are, where we are
You're so far
This long distance is killing me
It's so hard it's so hard
Where we are, where we are
You're so far
This long distance is killing me
------------------------------------------------
2 tahun tak terkira
Matahari tak menyediakan waktu sebanyak yang
kami mau, mungkin aku lebih tepatnya. Weker dari seluruh penunjuk waktu selalu
berteriak riuh saat hangat mulai terasa, tepat disini, di organ yang mereka
namai hati. Kau?
Dua desa yang terpisah sungai dengan arus
yang cukup deras tidak bisa saling bercengkrama karena jembatan yang tidak
memungkinkan untuk dilewati hanya dua utas tali yang melintang disana.
Keegoisan hati untuk sebuah rindu yang cukup
lama bisa luluh lantak begitu saja hanya karena dua indera yang sedang bekerja.
Mataku bisa berbicara banyak dibandingkan mulut untuk mengucapkan seribu kata
rindu hanya dengan melihatmu. Telingaku bisa berteriak kencang dibandingkan
mulut untuk berkata satu kata rindu hanya dengan mendengarmu bicara. Mulutku
tak berarti apa-apa dibandingkan keduanya. Kau?
Jika tidak dia yang melintasi utas tali itu
untuk bertemunya di desa seberang, maka dia yang akan melakukan itu untuk
bertemunya di ujung tali yang lainnya. Binar air sungai selalu bersorak dalam
riak saat melihat dia atau dia menyusuri utas tali untuk bertemu.
Senyummu yang selalu ingin ku lihat dalam
nyata dan igauan mimpi. Senyum itu pula yang menghantarkanku jatuh tepat di
bibir jurang bernama. Senyum yang berhalusinasi timbul kala berat pikul tak
seperti biasanya. Kau?
Desa itu akan bermufakat untuk saling bertemu
akrab, merampungkan jembatan yang mereka idamkan guna penduduknya. Dan sebagai
pengingat, tentang kisah dua sejoli yang hanyut saat hasrat ingin bertemu
terbentur putus utas tali penyambung rasa.
Aku diam merindukanmu. Kau?
There's only so many songs that I can sing
To pass the time
------------------------------------------------
0 (masih)
Percuma, karena aku sudah letih. Menunggumu
tanpa diketahui. Mengharapkan tanpa dihiraukan. Menginginkan tanpa disadari.
Menyukai tanpa sebuah awalan di- yang datang dari mulutmu. Karena aku
melalukannya dalam diam dan kau terlalu pongah untuk melihat itu semua.
Sudah beberapa ijazah kesabaran yang aku
terima untuk sikap ini.
Dan aku memutuskan untuk menyerah. Menyerah
untuk mencari giat. Menyerah untuk taraf letih yang ini. Menyerah untuk kembali
hanya menunggu. Menyerah untuk kembali pasrah pada sikap pesimis akan sebuah
kepingan pelengkap.
Kau tidak tahu. Aku tidak memberitahumu.
Seperti pungguk merindukan bulan. Bagaimana
kalau bulan juga merindukan pungguk yang melihatnya terus dari bawah sana.
Bagaimana jika bulan juga kehilangan pungguk yang setia menemaninya ditengah
kesepian malam. Seperti bulan merindukan pungguk.
Aku membenahinya sendiri. Dan itu masih.
Jarak darimu belum bermula.
Masih (0)
I wish that you were here with me
(You were here with me)
But we're stuck where we are (Oh)
It's so hard (Oh)
You're so far (Oh)
Can you hear me crying?
(Ooohhh... ooohhhh...)
Can you hear me crying?
(Ooohhh... ooohhhh...)
Can you hear me crying?
(Ooohhh... ooohhhh...)
With you is where I'd rather be
(Where I'd rather be)
But we're stuck where we are (Oh)
And it's so hard (Oh)
You're so far (Oh)
This long distance is killing me
credit title :
Bramadita A.P.
Song by Bruno Mars – Long Distance
Tidak ada komentar:
Posting Komentar