Sabtu, 02 Februari 2013

Kamu Kuat

Semoga kamu kuat.

Ku yakin pasti kuat

Perih ku melihatmu merintih tanpa suara, bergidik pun tidak. Ikhlas, sepertinya itu yang ingin kau sampaikan padaku yang mulai miris akan bentukmu yang tidak lagi aduhai seperti dulu.

Dulu, kau bagai manekin pelipur lara di tengah sumpek jalanan kota, tapi kini hanya sebagai tempat sandaran belaka. Lubang yang telah menganga tak dapat tertutup kembali seperti mulanya, kurasa itu yang dikatakan "kenangan buruk akan terus ada hingga kapanpun, yang dibutuhkan hanya rasa ikhlas untuk menerimanya ada". Jika saja kata jerit itu ada dalam kamus permintaan tolong mu, kurasa mereka akan berpikir seratus kali lebih untuk melakukannya kepadamu.

Kamu memang tidak seperti aku, jauh.

Laraku menjadi-jadi saat kau mulai tak segar lagi, hijaumu kini melayu dan aku temenung gagu. Kemana rimbun yang sering kulewati itu? Rimbun yang menghantarku kembali berproses dan pulang menuju rumah. Rimbun yang menahan sedikit lelahku saat terik melanda. Kini hijau menguning kecoklatan, runtuh secara beraturan dan hilang dalam siul buai angin.

Perbedaanmu memang tidak mengena dihati mereka, kecil mencuil, kasat ditatap. Apalah artimu bagi mereka yang melihatmu bukan sebagai makhluk Tuhannya juga. Dunia seperti tidak membutuhkan fungsimu secara biologi melainkan ekonomi, lagi-lagi congkak menjadi yang terbaik bagi mereka.

Aku merindukan harummu, walau tanpa putik dan sari, kau tetap semerbak dibalik terik dan hujan.
Aku merindukan bayangmu, bayang-bayang yang selalu ku hitung keberadaannya ditengah padatnya asap kota.
Aku merindukan tampakmu yang sempurna, tak kurang satu ranting pun.

Tanpa paku yang tertancap meliuk dibatangmu dan tanpa temali yang menjuntai tak indah pada rantingmu.

Pohon Besar Jambo Tape.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar